Minggu, 22 Februari 2015

Waktu

Aku kira hitungan detik, menit dan jam pada waktu itu sama. Ternyata sama atau tidaknya periode dalam waktu itu tergantung kita yang merasakannya. Sama seperti kita melihat sesuatu, seharusnya selalu dua sisi.
Baru beberapa waktu lalu aku melutut sangat melutut meminta. Meminta sesuatu yang selama ini dipinta orang tua ku kepadaku. Mereka tahu aku tidak bisa memberikannya, karenanya aku memilih meminta lagi pada Sang Pengatur.
Lucu memang jika di tengok beberapa waktu ini. Bukan bulan kemarin atau tahun kemarin, tetapi kemarin, ya kemarin. Aku bersungguh mengeja nama mu di hadapNya. Ya mengeja namamu, yang wujudnya pun aku tidak tahu. Aku tidak mengenalmu namun aku sudah mengeja namamu.
Aku tidak tahu juga, aku sedang mencari logika hingga detik ini pun. Darimana aku bisa mendapatkan pikiran mengeja namamu di pintaku.
Bukan hanya aku tidak mengetahui wujudmu, aku bahkan tidak pernah memiliki circle yang berdekatan denganmu. Namun entah apa, menyebutmu, aku seakan biasa, aku tidak asing dengan namamu, aku tidak asing pula dengan hal-hal yang ada di sekitarmu.
Tuhan, sekali lagi aku masih belum memercayai ini. Ya aku tidak percaya jika hitungan waktu setiap manusia itu sama. Aku bahkan tidak bisa membedakan dahulu dengan kemarin. Aku tidak bisa membedakan keduanya.
Sekali lagi waktu.. sudah diaturNya menjawab doa-doa pintaku. Tidak melulu tentang lama atau tidaknya kita mengenal, menyapa, dan beradu. Sudah diaturNya jalan kita untuk bertemu.
Sekarang aku benar-benar memercayainya,, walaupun tetap aku masih belum menemukan logika jalan kita bertemu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar