Bagimu Hawa, mencintai bukan hanya perkara keikhlasan semata; ialah
kepercayaan bahwa kesabaran tak berusia. Untuk perkara gemuruh di dada,
hanyalah fatamorgana semata, yang tak ingin halilintarnya menyakiti ia
yang kau sebut Adam.
Usahamu ialah tatapan kepada langit yang begitu sepi warnanya, sedang
langkahmu hanya berada di ayunan. Kemudian kau akan mencoba menyelimuti
dukamu dengan senyuman, yang kau lupa, tak kan selamanya hatimu
selamat. Kau selalu percaya, bahwa hujan tak mungkin tiba, tanpa pelangi
setelahnya. Sebab itu, kau mematahkan lelah dan kerap menghadiahi
kakimu yang patah dengan banyak tabah.
Terkadang, bahagia merambat begitu perlahan hingga memaksamu untuk
mengakar pada amarah; tapi ia selalu tiba, tepat pada waktuNya.
Percayalah, pada getir yang kau ikhlaskan di atas sajadah; sebab
kepadaNya-lah rahasia semesta berpasangan dengan jawaban-jawaban.
Percayalah, nyeri yang kau genggam, tak hanya engkau yang merasakan
sendirian; dan percayalah, aku pun merasakan demikian, meski dengan
skenario yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar